Bidadari Surga (Kematian yang baik)

Bismillah, Ramadhan tahun ini begitu indah untuk disyukuri.. Betapa Allah maha baik, masih memberikan kita kesempatan mengeja satu per satu ayatnya.. Betapa Allah maha baik, masih memberikan kita kesempatan menahan lapar dan haus dengan pahala yang tak terkira harganya.. Betapa Allah maha baik, masih memberikan kita rukuk dan sujud di saat banyak orang kesulitan melakukannya.. Betapa Allah maha baik, masih memberikan kita kesempatan untuk terus menyiapkan bekal terbaik di penghujung kehidupan.. Saat-saat alam kubur, yaumil hisab, hanya bertemankan apa-apa yang menjadi amal baik di dunia..

Entah sudah berapa tahun, setelah kepergiannya. Seorang adik yang Allah pertemukan dengan segala rencananya yang indah.

Kami dipertemukan di sebuah sekolah yang hari-hari kami penuh dengan al-qur'an. Dari jam 02.00-06.00, 07.00-12.00, 17.00-22.00 penuh dengan rutinitas Al-Qur'an. Hanya sedikit kami belajar akademik.

Kala itu, aku yang duduk di kelas 8. Kedatangan adik-adik baru yang jangankan menghafal quran. Membacanya saja kesulitan. Jangankan berkerudung panjang, memakainya saja Alhamdulillah.

Suatu waktu, seorang adik memelukku dan menangis.
"Kakak, aku gahafal2 surat annaba.."
Kutuntun mengeja satu demi satu ayat yang menurutnya sulit itu..

Ia tumbuh menjadi gadis kecil dengan akhlak yanh sangat baik, dengan keluguannya sebagai anak baru gede, aku menemaninya tumbuh melewati masa-masa remajanya.

Lalu, aku lulus. Dia lulus. Masa SMP sampai SMA adalah masa kritisku melewati sakit demi sakit yang Allah beri sebagai hadiah kehidupan. Kami terputus kontak, sampai akhirnya aku ditakdirkan bertemunya kembali di acara reuni.

Dia bercerita, tentang sakit yang ia alami.Persis seperti apa-apa yang pernah kulewati. Sayangnya, penyakitnya tak kunjung sembuh beriringan dengan mimpi-mimpinya yang ingin melanjutkan sekolah lagi.

Aku berhasil melanjutkan kuliah, walaupun tertatih melewati masa SMA dengan bau-bau kamar rumah sakit dan darah-darah yang menggelantung tiap malam di tangan. Dia kudapati lagi sedang di rumah sakit, kukunjungi dia dengan segala kondisi yang Allah maha baik sekali. Digenggamnya selalu quran yang dulu membuatnya kesulitan membaca dan menangis.

Rumah sakit demi rumah sakit dia kunjungi, sampai di penghujung masa kritisnya, aku menyesali.

Malam itu, sahabat dekatnya memberi kabar.
"Kak, kita jenguk yuk"
Aku menyanggupi, mengejar sepulang kuliah bada magrib ingin sekali bertemu dia yang katanya, sudah berselang-selang menyelimuti tubuh.

Malam itu setelah itikaf, malam 26 Ramadhan.. tubuhku rasanya payah sekali. Aku mengurungkan niat menjenguk.
"Kalau besok saja gimana? sekalian kita itikaf"

Lalu sahur menyapa, pukul 02.00 pagi hari jumat malam ke 27 Ramadhan. Berita itu datang dari orang yang sama mengajakku menjenguknya semalam.

"Kak, abis subuh ya aku tunggu di depan detos."

Pagi itu, aku menyusuri jalan dengan kosong. Mengunjungi rumahnya yang ternyata sudah direnovasi lebih lapang, seolah pertanda. Aku melihat seorang ibu yang masih taknkuat menahan tangis. Dan melihat satu wajah penuh syukur, bahagia dan bercahaya. Sungguh, semua orang bersaksi bahwa dia orang baik.

Lalu, aku mendapati quran pink berada disampingnya. Allah, sudah berapa juz yabg dia hafalkan?

Aku bertanya kepada sang ayah, " sudah berapa yah?"
"setau ayah 28"

Dan aku menduga dari itu, aku yakin dia sudah menyelesaikan hafalannya. Entah, dia sendiri yang membacanya atau allah yang membantunya di tengah-tengah masa kritisnya.

Ia kembali dengan jiwa yang tenang, sangat tenang.. Dan kami, kehilangan..
Ia kembali dengan kondisi terbaik, saat tubuhnya dipersiapkan untuk di bumikan, tubuhnya bercahaya.. semua orang menangis.. sungguh, kematian yang baik bagi para penjaga kitabNya..

Allah.. Perkenankan aku bertemu dengannya lagi di surgaMu.. Perkenankan aku kembali ke pangkuanMu dalam keadaan terbaik..

Comments