Posts

Kehidupan Pasca Sarjana #2

Bismillah, kali ini saya mau lanjutin lagi bagian kehidupan pasca sarjana. Sebenernya belum nemu feel nulis, jadi maaf banget kalau bahasanya agak berantakan hehe semoga bermanfaat ✨  Setelah melakukan perenungan dan penghayatan tentang mengenal diri. Saya akhirnya memutuskan untuk memilih bekerja terlebih dahulu sebelum mengambil s2. Mengingat banyaknya persiapan s2, tepatnya beasiswa S2 yang harus saya persiapkan terlebih dahulu minimal satu tahun. Khususnya persiapan dalam bahasa inggris.  Ramadhan kemarin, sekitar bulan Maret saya akhirnya menimbang-nimbang akan daftar bekerja di mana. Akhirnya saya memilih di dunia pendidikan, yaitu sekolah. Bulan Maret saya sudah mengantongi tiga sekolah yang akan saya tuju. Sebut saja sekolah RHM, sekolah RBN dan sekolah HRK.  Sekolah RHM sudah meluncurkan open recruitmen sejak Ramadhan, sekolah RBN baru meluncurkan open recruitmen mungkin setelah Ramadhan. Dan sekolah HRK baru meluncurkan oprec, sekitar awal Mei.  Dari ketiga sekolah ini, saya

Musibah; Teguran atau Ujian?

Kalian pernah gak, suatu waktu dapet musibah dan bertanya ke diri sendiri: Apa yang baru saja dilakukan atau kenapa sih Allah ngasih musibah ini?  Saya ingin berbagi sedikit cerita hari ini, yang semoga bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya. Siang ini, saya sudah janji dengan seorang teman ingin mengantar dia membeli baju dan sepatu di daerah Bekasi. Ketika mau jalan, saya ingat kalau saya tidak ada uang cash sama sekali, dan tahu kalau bensin di motor hanya satu setrip. Niatnya, saya ingin meminjam cash ke adik, biar ketika di SPBU langsung isi bensin. Tapi, saya urungkan, karena pasti tidak mau diganti. Akhirnya, saya memilih untuk repot ke ATM dulu, baru mengisi bensin.  Sesampai di spbu, dengan yakin saya memencet pin di tombol mesin ATM. Lalu, memencet jumlah yang ingin saya tarik. Tapi, notif yang keluar pin salah. Saya bingung, kok bisa salah? Akhirnya, saya mencoba lagi pin yang biasanya memang saya gunakan atau saya jadikan alternatif. Salah lagi. Lalu, saya lupa kalau 3x sala

Perjuangan Seorang Ibu

Siang ini, saya menjenguk salahsatu karyawan yayasan yang habis melahirkan bersama seorang pengajar di yayasan juga. Seharusnya, kami menjenguknya di hari Jumat, sampai akhirnya Allah takdirkan hari ini, yang bahkan hampir saja tidak jadi kalau tidak dipaksakan.  Awalnya, saya tidak terlalu suka dengan silaturahmi, jenguk menjenguk. Tapi, karena umiabi dan kakak-kakak saya terbiasa silaturahmi dan jenguk menjenguk, akhirnya saya terpaksa harus  melatih diri untuk melakukan ini ke karyawan yayasan yang ada di Depok, karena mereka semua sudah tinggal di Sukabumi. Dan akhirnya, saya jadi terbiasa juga melakukan ini ke teman-teman, guru atau kakak seiman jika saya sehat dan mampu. Tidak jarang, akhirnya saya mengenal sampai ke orangtua masing-masing dan orangtua mereka mengenal saya.  Yang namanya silaturahmi, tidak mungkin datang tanpa buah tangan. Kami membawa hadiah perlengkapan untuk bayi tersebut. Ketika sampai, kamu disambut dengan sangat baik.  Dengan rumah yang lebar dan panjangnya

Kehidupan Pasca Sarjana

Bismillah, akhirnya bisa nulis lagi di sini. Setelah berkutat dengan skripsi, sidang dan wisuda beberapa bulan lalu.  Insyaallah saya mau berbagi, apa sih yang saya rasakan, persiapkan setelah wisuda dari sarjana?  Orang selalu menanyakan perasaan saya, mereka bilang "pasti bahagia ya abis wisuda" "pasti lega ya abis sidang". Saya selalu tersenyum, meng-aminkan. Tapi, sesungguhnya saya sedang mempersiapkan sesuatu, yaitu kehidupan pasca sarjana.  Apa setelah ini? Saya di wisuda, sekitar bulan Maret h-2 puasa. Bulan puasa adalah bulan-bulan saya berkontemplasi, merenungkan perjalanan saya selama sarjana. Dan meminta juga berdoa dengan khusyuk untuk ditempatkan di tempat terbaik setelah ini. Entah belajar, atau pekerjaan.  Sebab, manusia harus tetap bergerak untuk bermanfaat dan menyiapkan bekal akhirat. Maka, saya harus mempersiapkan hal ini.  Selama Ramadhan, saya menimbang-nimbang jurusan mana yang akan saya pilih untuk melanjutkan S2? Kampus mana yang akan saya

[Bentuk Apresiasi Allah]

Suatu waktu, ada seorang teman yang me-reply status saya. Status tersebut berisi sebuah apresiasi untuk seorang teman yang berhasil melewati kekhawatirannya karena ingin menjadi narasumber di sebuah acara kali pertamanya. "gue ngisi berkali-kali gaada yang giniin," katanya. Lalu, saya tertawa dalam hati. Di momen lain, dia juga berbagi cerita karena tidak ada yang memposting dirinya ketika mengisi sebuah acara bergengsi. Mungkin hanya satu orang memposting dirinya--yang katanya itu bentuk apresiasi. Di momen lain, dia juga berbagi cerita ketika dia berhasil meraih atau menjuarai sesuatu. Orang lain akan bilang, "Wajar aja, dia kan anak dari si A" Di momen lain, ada banyak orang yang membicarakan dirinya dan sangat mengapresiasi. Di momen lain, ada banyak orang yang merasa terselamatkan karena beberapa kali dirinya mematahkan kekhawatiran. Di momen lain, ada banyak orang yang mengikuti gaya kepemimpinannya, terpengaruhi karena begitu baik komunikasinya. Di m
Hari itu, senja menjadi saksi. Hidup senantiasa memiliki akhir. Dear, Allah.. Masa lalu yang buruk, bolehkah aku bayar dengan setiap usaha meski ujiMu selalu ada di setiap perjalanan. Meski dua bulan lalu, keping yang sudah kujaga dengan hati-hati harus hancur seperdetik. Hijrahku, Allah hanya Engkau sebaik-baik pemilik pandangan terbaik, sebaik-baik pemilik penglihatan terbaik, sebaik-baik pemilik pengetahuan terbaik. Aku meminta dengan permintaan yang amat, selamatkan aku dari jahannam, dan aku meminta surga yang di dalamnya Engkau bangunkan rumah untuk aku dan keluargaku berkumpul. Dengan tertatihnya juangku mencari ridhoMu. Takdirkan aku, menempati JannahMu. Sungguh, Engkau tempat pulang terbaik. Tempat mengadu berharap terbaik. Tempat diskusi dan pemberi jawaban terbaik. Bersamai dan tuntun aku, selalu. Sampai mataku, layak menatap wajahMu.. 

Jangan Sekedar Doa, Pastikan Terkabul #KekuatanDoaPart1

Meski terkabulnya doa adalah haknya Allah. Tapi, bukankah Allah tidak pernah tidak mengabulkan doa?  Beberapa belas tahun, duduklah seorang anak perempuan yang dekat sekali dengan ayahnya. Ia duduk persis di belakang ayahnya.  Berbulan-bulan menuju tujuan dan arah pulang yang sama.  Setiap Minggu menjemput anak perempuannya di sebuah pesantren hanya untuk menuju rumah sakit daerah ternama; RSUD Pasar Rebo.  Sang ayah sampai di parkiran tempat di mana ia menghafal Al-Qur'an. Menyambutnya dengan senyum, dan membukakan pintu belakang taksi berwarna biru yang sudah dipesan.  _"ayo khaulah, ayah sudah ambil antrian. Kita nomer 270. Sekitar, jam 9 malam kita masuknya"_  Jam menunjukkan pukul 16.00, 5 jam yang rasanya akan sia-sia hanya menunggu giliran masuk poli paru-paru di ruang tunggu.  _"Kamu udah makan? Kita ke pizza HUT dulu aja ya"_  Sepanjang perjalanan, khaulah yang duduk sendirian hanya bisa mendengarkan apapun yang ayah bicarakan. Penyakitnya yang baru saj