Bertahanlah, Surga Allah menantimu

Awal September seharusnya  saya mencoba hal baru. Launching produk makanan yang sudah lama direncanakan. Berbagai strategi; resep, _reviewer_, _marketing_, pembukuan, _packaging_,  sudah matang ditulis rapih.

Ide produk ini direncanakan karena iri, dengan orang-orang yang mampu membelanjakan hartanya di jalan Allah. Saat memutuskan tidak bekerja di lembaga manapun, memang Allah menjamin Rizqi saya, menyediakan kebutuhan saya, tanpa merasa kekurangan sedikitpun. 

Tapi, saya iri sekali melihat banyak orang yang berjihad melalui jiwa dan hartanya. Menempuh banyak keterbatasan hanya untuk perjalanan menuju Allah. Saya selalu iri, melihat penjual makanan menggelar jualannya, melihat para pekerja penyapu jalanan bersegera, seorang tunanetra berjalan menyusuri jalanan membawa jualan, melihat tukang bengkel, pegawai restoran tetap bergiat walaupun tak ada pengunjung yang hadir. Kalau saja, hasil dari usaha mereka nyatanya mereka alirkan untuk membantu orang lain. Mau ditaruh mana muka saya nanti di akhirat? Bukankah tubuh saya masih sempurna, untuk memaksimalkan nikmat sehat yang Allah beri? Bukankah banyak ilmu yang sudah saya pelajari untuk membantu menyejahterakan  umat? 

Maka, saya bertekad untuk memaksimalkan apapun yang saya bisa. Termasuk menjadi womenpreneur. 

Sebenarnya saya rindu saat-saat mengelola sebuah usaha perlengkapan muslimah yang saat ini harus off sementara. 

Lalu, Allah berkata lain. Mempertemukan saya dengan proyek kebaikan lain yang menyita waktu, pikiran dan tenaga. Membuat lupa dengan rencana-rencana bisnis yang seharusnya saya eksekusi di  bulan September. Bahkan, membuat lupa dengan berbagai macam hobi yang biasa saya lakukan sebelum tidur. 

Allah membuat sibuk 24 jam tanpa henti yang membuat saya mual-mual sampai sesak nafas karena proyek kebaikan ini tidak selesai dalam 3 hari atau seminggu. 

 Di tengah perjalanan saya hampir ingin mundur, dan berhenti karena merasa kehilangan diri.

_"Apakah dakwah harus merenggut segalanya dari diri?"_ Pikir saya waktu itu. 

Lalu, Allah memeluk saya kembali. Dan rasanya seperti membisikkan, 

_"Kalau kamu berhenti, apa pekerjaan ini akan selesai? Bukankah pekerjaan ini akan bertumpuk di rumahmu? Kalau kamu berhenti, apa kamu rela tidak mendapatkan kebaikan apapun sedangkan teman-teman yang lain tertatih menyelesaikan?"_ 


Sepanjang proses menyelesaikan proyek kebaikan yang Allah beri, saya masih mencari sebenarnya apa yang Allah ingin ajarkan? Sedangkan, skripsi yang sudah saya ambil, keluarga yang berkali-kali bilang rindu, bisnis dengan omset menggiurkan, tidur nyenyak setiap malam harus ditinggalkan sementara. Bahkan saya tidak digaji saat proyek kebaikan ini selesai.. 

_"Kenapa saya harus bertahan?"_ pikir saya sekali lagi. 


Lalu, proyek ini hampir selesai. Allah akhirnya memberikan saya sebuah _clue_ kehidupan dalam hikmah proyek kebaikan ini. Allah seolah-olah ingin bilang untuk meluruskan niat saya dari niat yang salah dalam menyelesaikan skripsi, menyegerakan bisnis, dan berkumpul dengan keluarga.

_"Bukankah kesuksesan kehidupan, keuntungan hidup manusia bukan diukur dengan selesainya skripsi? Omset bisnis yang besar? Berkumpul dengan keluarga di dunia?"_ 



Allah membuat saya mengerti bahwa rencana meluaskan manfaat, melakukan kebaikan tetap ada pada kuasa Allah. Kita ingin bermanfaat lewat bisnis, menyelesaikan skripsi untuk bersegera dalam kebaikan lain, tapi jika Allah bilang belum sekarang maka tidak akan terjadi. 

Lalu, terputarlah ayat-ayat dalam surat al-'asr, permulaan ayat-ayat dalam surat al-mu'minun. Dan sempurnalah pengajaran Allah ditutup dengan ayat-ayat dalam surat al-insyiroh, memberi tanda bahwa selesainya sebuah urusan adalah tanda urusan lain harus segera diselesaikan. 

Entah, apakah skripsi atau proyek kebaikan lain yang Allah sedang rencakan. Rencana Allah, selalu indah. Maka, nikmatilah setiap prosesnya. Jika lelah, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongku, kamu, dan kita.. 

Selamat berlelah-lelah dalam proyek kebaikan yang Allah amanahkan dalam pundakmu. Bersabarlah, Surga Allah menantimu..

Comments