Aku pendosa, si kerdil paling hina
"Aku bukan orang baik," katamu.
"Aku belum baik," juga katamu.
Aku segera berkaca, melihat diri sendiri.
Jika dia saja merasa belum dan bukan orang baik, aku apa? Sesak sekali rasanya.
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
Tapi aku tahu, allah menciptakan manusia untuk selalu beribadah kepadaNya karena manusia tempat khilaf dan salah. Agar di antara kita tak ada lagi yang merasa suci dan membenarkan diri sendiri. Agar hati-hati kita selalu terpaut akan pertemuan bercengkrama berdua kepadaNya. Memohon ampun. Bersimpuh. Menyesali sesal dan tangis yang tak mampu lagi dibendung.
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
Tapi aku tahu, allah maha pengampun.
Ketika berdoa waktu tahajud adalah bak panah yang tidak akan melesat, untuk apa menunda waktu?
Ketika duha adalah solatnya orang-orang taubat, mengapa tak disegerakan?
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
" nasib bukanlah penentu. Takdir bukanlah akhir. Doa bisa merubah segalanya" katamu.
Lantas aku percaya? Tidak.
Aku mencoba mengayuh doa bulan demi bulan. Mengira-menerka akankah sampai doaku akan terhapusnya masa lalu?
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
Tapi aku manusia yang ingin menjadi bahagia.
Ternyata masa lalu pahit yang mengabarkan; pelajaran bahagia yang sebenarnya.
Doa yang kukayuh. Doa yang kukira tak pernah sampai. Doa yang kukira jawabannya hanyalah ujian-ujian yang semakin bertambah. Membuatku semakin muak ingin menjadi baik.
Ternyata aku salah, allah maha mendengar. Dan aku makhluknya yang tidak sabar.
Setiap ujian, pasti ada jalan keluar.
" kamu tau kenapa kata al-'usr( kesulitan ) dalam surat al insyiroh, ada alif lam qomariyah yang artinya terlihat, terbaca? Sedangkan kata yusro ( kemudahan ) tidak menggunakan alif lam? Karena setiap kesulitan itu terlihat, dan kemudahan-kemudahan itu tak terlihat karena saking banyaknya. " kata seseorang.
Doa-doa yang terpanjatkan pasti akan sampai;
Sepeda-sepeda yang dikayuh pasti akan sampai pada tujuan.
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
Jika baik atau belum baik menjadi parameter untuk menjadi seorang ustadz, guru, pembimbing atau penceramah.
Mungkin aku tidak akan pernah hadir dalam rapat-rapat.
Mungkin aku tidak akan pernah hadir dalam tiap acara.
Mungkin aku tidak akan pernah hadir dalam tiap pertemuanku dengan murid-murid.
Karena setiap pertemuan itu, menyiksa sekali.
Khilaf dosa yang kubuat seperti berputar di dalam benak.
Rasanya ingin berhenti.
Tapi aku tahu, menjadi baik bukan berarti diam.
Menjadi baik bukan lantas berhenti.
Dengan tetap hadir dalam tatapku bersama murid-murid.
Dengan tetap hadir dalam tatapku bersama teman-teman.
Dengan tetap hadir dalam tatapku bersama orang-orang sekitar.
Mereka yang membuatku merasakan parameter kehidupan sesungguhnya.
Orang-orang di sekelilingku yang "memaksaku" menjadi baik.
Orang-orang di sekelilingku yang membuatku tergerak untuk hijrah.
Orang-orang di sekelilingku yang membuatku menertawakan diri sendiri lantas segera berbenah.
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
Kalau ukuran baik atau belum menjadikan pemisah.
Kalau ukuran baik atau belum menjadikan jarak.
Kalau ukuran baik atau belum menjadikan waktu.
Kalau ukuran baik atau belum menjadikan tunggu.
Bagaimana dengan fir'aun yang beristrikan asiyah?
Baik di mata manusia belum tentu baik di mata allah begitupun sebaliknya.
Biarlah baik atau tidak allah yang menjadi penentu.
Aku pendosa, si kerdil paling hina.
Dan aku percaya, allah ciptakan baik dan buruk untuk sama-sama belajar.
Bukan untuk saling mengejek dan merendahkan diri masing-masing.
Karena yang aku tahu, allah yang berhak mendapatkan kita berkata " aku pendosa, si kerdil paling hina "
Setiap manusia, tidak mungkin tidak pernah melakukan kesalahan.
Sebab bagiku, kesalahan ada untuk kita belajar membenahi sesuatu menjadi lebih baik.
Setiap manusia, tidak mungkin tidak mempunyai aib.
Sebab bagiku, aib ada untuk kita agar tidak merasa seperti tuhan. Agar kita tidak saling mencaci.
Karena Nabi Muhammad yang dijanjikan surga pun.
Masih bersusah payah tahajud sampai kakinya bengkak.
Setiap manusia, mungkin belum dan bukan orang baik.
Tapi manusia ada dan dicipta, untuk saling menasihati.
Berproses dalam hijrah menjadi baik bukan waktu sebentar,
Seumur hidup menurutku.
Karena baik hidup, akhlak, dan segala hal tentang diri kita, buruk atau baiknya bukan untuk seseorang ataupun makhluk; untuk allah.
Tidak akan habis kita bicarakan baik atau belum baik secara kasat mata manusia.
Maka biar allah yang menilai.
150716, syaima mufida
Comments
Post a Comment