(Yang) katamu totalitas
angin sore ini berhembus dengan lembutnya, menyapa hati yang sedang tak mau diajak bicara.
pikiranku berputar dengan segala macam pertanyaan, mataku menatap kosong jalanan yang penuh debu.
"cepetan kali keluarin motornya, taqi udah telat" kataku sembari membereskan barang dagangan yang akan kuantar sore ini.
"nanti dulu sena lagi nunggu kabar dari temen" sahut kaka laki-lakiku dengan santainya.
"loh, taqi mau ngajar kali, udah mau jam 4 nanti telat"balasku mengomel, kesal dengan gaya santainya yang kufikir dia pasti hanya sedang menunggu kabar dari seorang teman yang tak lebih urusan organisasi, dakwah atau semacamnya.
sepanjang jalan kak sena mengantarku, aku hanya bersungut-sungut. isi kepalaku hanya pertanyaan-pertanyaan yang membuatku kesal. akhir-akhir ini dia sering pulang malam, bahkan tidak pulang. entah menginap di kosan temannya untuk menyelesaikan tugas kuliah atau sedang menyelesaikan tugas organisasinya.
pernah sesekali aku melihat status bbm-nya, katanya "totalitas mencetak para juara".
ah. terkadang, aku bingung dengan semua orang yang katanya sibuk ini itu, membicarakann amanah dengan gaya sok yakinnya. tapi keluarganya terbengkalai.
mereka mendengarkan keluh kesah orang lain, memberi solusi.
mereka berbagi pundak, bahu membahu.
mereka mencari cara "gimana ya supaya bisa nyadarin orang ini, gimana caranya buat dakwah sama dia dengan cara yg berbeda? dengan cara yang dia bisa terima?"
tetapi terlalai siapa yang seharusnya diberi perhatian lebih.
siapa yang seharusnya didengarkan terlebih dahulu.
siapa yang seharusnya terlebih dahulu didakwahi.
siapa yang seharusnya difikirkan lebih dahulu.
siapa yang seharusnya dicari.
siapa.
ketika sesampainya dirumah, hanya tahu menahu tentang buruknya, lantas bilang aku tak tahu diri?
lantas, apa kamu tahu diri?
apa kamu tahu diri siapa kamu?
kita terlahirkan dikeluarga yang sama.
dan siapa yang terlebih dulu lahir didunia?
siapa yang menjaga aku?
siapa yang mengajariku berbicara?
siapa yang aku contoh?
siapa yang aku lihat?
lantas, apa kamu tahu diri?
sedangkan, kamu lebih tau.
sedangkan kamu yang pertama aku lihat.
sedangkan kamu yang pasti aku contoh.
tapi kemana kamu ketika aku butuh?
ketika orangtua kita menua.
lalu aku , dan adik-adikku melewati masa remaja.
yang seharusnya kamu tahu, kamu tanya, kamu perhatikan seperti teman-teman dakwah seperjuanganmu.
kamu hanya memikirkan orang lain!
aku mulai menangis.
ketika prestasimu melambung jauh, pernah mungkin sesekali mengajari untuk (mungkin) sama sepertimu.
tapi selanjutnya kamu pergi mengurusi yang katanya amanahmu.
membuat aku kehilangan arah siapa lagi yang patut jadi contohku disini?
dirumah yang telah kosong ini.
aku tidak menyalahimu untuk terjun didunia yang katanya kamu harus turun kedalamnya.
tidak.
aku hanya ingin kamu ingat, dakwah terdekatmu itu disini.
ditempat yang sudah terlalu lama kosong, kosong akan hadirmu.
ditempat yang selalu menjadi tujuan akhirmu ketika kamu lelah.
yang ternyata membutuhkan totalitasmu itu disini,seseorang yang tubuhnya mengalir darah yang sama.
seseorang yang merindui masa kecil tanpa takut kehilangan, bahkan tanganmu dengan ringannya menuntun, memberi contoh.
seseorang yang sebenarnya membutuhkan totalitasmu, orang-orang terdekatmu, keluargamu sendiri.
Nb: kamu(untuk para kakak didunia ini yang sibuk akan totalitasnya, terlebih lupa totalitas yang sebenarnya)
-syaima mufida-
Comments
Post a Comment