Abhi dan nadhil
Pekan ini, pekan ke-3 pada bulan Desember. Pekan dimana di tempat mengajarku sedang dilaksanakan UAS; ujian hafalan dan bacaan. Tepat pada pekan ke-3 adalah minggu terakhir, murid-muridku berusaha mengulang sembari mengingat-ingat seluruh hafalannya. Disini, di madrasah qur'an tempatku mengajar. Aku memegang dua kelas, yaitu kelas pra tahsin dan tahsin akhwat reguler. Dimana pertemuan hanya dilaksanakan dua kali dalam seminggu tiap kelasnya. Selasa-kamis untuk tahsin, rabu-jumat untuk pra tahsin.
Hari ini hari rabu, jam tanganku sudah menunjukkan pukul 16.00. Sembari menggenggam peralatan mengajar; absen, mutabaah, worksheet, pulpen, form penilaan uas, al-qur'an, aku menunggu murid-muridku yang tak kunjung datang di depan kantor.
"Kok murid fida belum dateng ya?" gumamku. Lalu aku memasuki kelas, membereskan meja untuk mereka mengaji nanti.
"Eh, kirain belum pada dateng, kalian lagi ngapain? Yaampun, kalian ngapain mainin gituan?" ternyata, mereka sudah datang sedari tadi. Dan mengumpat di balik pintu. Memainkan mainan-mainan kelas for kids. Duh! Aku tertawa, melihat mereka nyengir karena dipergoki olehku.
"Ayo masuk, " sahutku.
"Ayo masuk..." mereka tetap asik dengan mainan itu.
Kali ke- sekian aku mengajak mereka masuk dengan tenaga ekstra, baru mereka mau bangun dari duduk dan berpindah ke tempat seharusnya. Tempat mereka mengaji.
Selepas membaca doa dan mengulang hafalan surat an-naziat,
" siapa yang belum selesai uasnya?"
"Saya kak" jawab abhi.
"Saya kak, tinggal hafalan dari 'abasa sampe al-muthaffifin." jelas nadil.
"Kak, aku al-buruj ulang lagi ya? Abis itu nambah ya kak?" tanya ica, murid privatku.
"Oke, yang sudah selesai uas hari ini bebas boleh mewarnai, menulis atau membaca buku. Abi udah siap maju?"
" belum kak, soalnya belum belajar di rumah " jawabnya polos.
" yaudah coba sini maju" pintaku. Karena aku tahu sekali, abhi adalah salahsatu anak cerdas yang daya ingatnya kuat sekali. Sekalipun, ketika mengulang hafalan di awal kelas pembuka, dia hanya membuka mulut dua kali saja. Selebihnya melamun, entah melamunkan apa. Hihi
"Dari annaba sampai at-takwir ya bhi,melanjutkan ayat. " abhi mengangguk. Hafalan terakhirnya sudah sampai surat at-takwir.
"Wa jannaatin alfaafa"
"Wa ummihi wa abiih"
"Falaa uqsimu bil khunnas"
Dan, benar saja. Aku mengucap syukur, terlebih terharu mendengar abhi yang dengan lantangnya menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan benar. Tanpa ada salah dan lupa, walaupun makhorijul hurufnya belum tepat.
"Oke, boleh istirahat " aku pun tersenyum. Bangga.
"Ayo nadhil " panggilku.
"Kak, aku belum hafal. Aku ga sanggup banyak banget." keluhnya.
"Yaudah, kamu mau hari jumat aja?" tawarku.
"Jumat aku les kak, gabisa"
"Terus gimana? Mau hari kamis?" aku menawarlan solusi sekali lagi.
" yaudah deh kak jumat aja."
"Oke, sekarang kamu hafalin dulu abasa nya ya, satu-satu dulu nanti baru surat at-takwir. Kaka mau ke kantor dulu, mau minum."
Selepas dari kantor, aku menghampiri nadhil yang sedang serius mengulang hafalannya.
"Kak aku ga sanggup, 'abasanya gausah aja ya?"
"Bisa insyaallah, sini kaka bantuin "
Ditengah-tengah aku membantunya, nadhil benar-benar menyerah.
"Kak, langsung attakwir aja ya? Kalo attakwir aku masih inget"
"Oke, abasa nya hari jumat ya?"
" iya kak"
Dan, sehabis setoran surat attakwir, aku memperbolehkannya istirahat. Karena aku sudah tahu akan memberikam nadhil nilai berapa di rapor nanti.
Bagiku, angka-angka dalam rapor tak berarti jika tidak ada kesungguhan di dalamnya. Menyenangkan sekali, bersyukur sekali, hidup bersama al-qur'an dengan mereka yang semangat bersahabat dengannya (al-qur'an).
Nadhil, dengan kamu bersungguh-sungguh menghafalnya, kamu akan tahu dimana letak indahnya berteman dengan al-qur'an :) semoga kamu kelak menjadi hafiz sampai besar nanti ya, dik. Karena, banyak sekali di dunia ini yang ketika besar malah lupa dengan al-qur'an, yang biasanya ketika mereka kecil, di sore hari mereka berlari-lari menuju tempat-tempat mengaji mereka. Sungguh, sedikit sekali yang ketika besar masih ingin berteman dengannya.
Comments
Post a Comment