Adik laki-laki(ku)
Dipenghujung akhir tahun ini, kedua adikku pulang ke rumah seperti anak sekolah lainnya, liburan sekolah. Siang itu, aku dan adik perempuanku-aisyah entah sedang apa aku lupa hihi melihat dompet hitam tergeletak di meja makan. Insting jailku sebagai kakak yang ingin memastikan adik-adikku baik-baik saja segera membukanya. Dan, terlihat kertas putih buku tulis berlipat-lipat diselipkan pada saku dompet yang biasanya orang-orang pakai untuk menaruh berbagai macam kartu. Entah kartu kredit, KTP, dan lainnya. Ternyata dompet itu milik adik laki-lakiku.
Aku melihat kertas demi kertas, ternyata bukan sembarang kertas. Sebelum aku membacanya dengan suara keras dan memberitahu aisyah. Aku membacanya dalam hati sembari terkagum-kagum; ini adikku?
"Udah uangnya infaqin aja, biarin aja laper yang penting infaqin!"
"Jam 10 malem harus ke kelas buat belajar"
"Pas liburan nanti dirumah bantuin ortu"
"Murojaah 2 juz sehari"
Dan aku lupa apalagi. Aku dan aisyah tertawa-menyembunyikan rasa kagum. Bagaimana tidak? Sebut saja miftah farid, adik pertamaku. Satu-satunya di keluarga yang sudah menyelesaikan hafalan al-qur'annya. Adik laki-laki yang tidak pernah bilang tidak ketika dimintai tolong. Sekalipun, kemampuan akademis bukan bidangnya. Dia selalu menjadi yang paling unggul di sekolahnya dengan cara allah.
Tiba-tiba farid datang, dan aku pun berlari ke kamar sambil tertawa-tawa kagum.
Barakallah, dik :)
Comments
Post a Comment